Selasa, 31 Desember 2013

kisah hikmah tukang bangunan

kisah hikmah tukang bangunan
Alkisah ada seorang tukang bangunan yang telah bertahun-tahun lamanya bekerja ikut pemborong. Iapun bermaksud mengajukan pensiun karena ingin memiliki banyak waktu untuk keluarganya.
Si Pemborong berkata, “Saya setujui permohonan pensiun Anda dengan syarat Anda bangun dahulu satu rumah terakhir sebelum Anda pensiun.” Si tukang bangunan segera membangunnya. Karena kejar tayang, iapun mengerjakannya asal-asalan dan asal jadi.
Selesai sudah bangunan terakhir yang ia buat. Ia serahkan kunci rumah kepada sang Pemborong. Sang Pemborong pun tersenyum dan berkata, “Rumah ini adalah hadiah untukmu, karena telah lama bekerja bersamaku.” Maka terkejutlah tukang bangunan itu, dan ada rasa sesal kenapa rumah yang akhirnya hendak ia tempati itu dikerjakannya secara asal-asalan.
*Faedah
Ibadah yang kita kerjakan di dunia ini, tak lain adalah ‘rumah’ yang sedang kita bangun untuk kita tempati nanti setelah pensiun dari kehidupan dunia. Jangan sampai kelak kita menyesal karena kita menempati rumah buruk yang kita bangun asal-asalan. (@KonsultasiSyariah)
(Terjemah dan Faedah oleh: Abu Umar Abdillah)

Belajar hikmah dari kesetiaan anjing

belajar hikmah dari kesetiaan anjing
Seekor anjing yang terlantar dijalanan melihat seorang yang sedang berjalan lewat dihadapannya lalu anjing tersebut mengikutinya sampai dirumah orang itu. Anjing itu tidak mau berpisah dari orang tersebut sehingga akhirnya anjing itu ditampung dan dirawat dirumahnya dengan baik dan tulus.
Setiap pagi ketika orang itu hendak pergi berangkat kerja anjing tersebut selalu ikut mengantarkannya sampai ke stasiun. Demikian pula setiap sore anjing tersebut selalu menjemputnya di stasiun yang sama.
Sampai suatu ketika sebagaimana biasa ketika pagi sang anjing mengantarkan sang majikan menuju stasiun dan ternyata sang majikan tersebut setelah sampai di tempat kerjanya meninggal dunia karena ajalnya telah datang. Pada sore harinya seperti biasa sang anjing menjemput sang majikan ke stasiun dan ternyata sang majikan tidak datang karena telah meninggal dunia dan sang anjing tersebut tidak tahu kalau majikannya meninggal dunia di tempat kerjanya. Setelah lama ditunggu dan tidak juga muncul akhirnya anjing itu pulang.
Ceritanya tidak hanya sampai disini saja, karena ternyata setiap sore anjing tersebut selalu menjemput sang majikan di stasiun dan pulang kembali setelah mendapati bahwa majikannya masih belum juga pulang. Anjing tersebut tidak putus asa dan berusaha untuk selalu menjemput majikannya setiap sore di stasiun. Hal ini dilakukan oleh sang anjing sampai SEPULUH TAHUN sebagai bukti kesetiaannya kepada sang majikan yang telah berbuat baik kepadanya sampai akhirnya anjing itupun meninggal dunia di stasiun tersebut ketika menjemput majikannya.
SUBHANALLAH!!! Seekor anjing mengerti tentang arti kesetiaan kepada orang yang pernah berbuat baik kepadanya. Bagaimana dengan kita????
[Kisah ini diceritakan oleh Al-Ustadz Fariq Gasim Anuz -Hafidhahullah di masjid An-Nur Jagalan-Saleyer Malang ketika mengisi kajian mulazamah ikhwan Senin 17 Dzul Qa’dah 1431 H / 25 Oktober 2010 M mulai pukul 5.30
kumpulan cerita cinta – cerita-cerita tentang cinta
http://www.kajianislam.net/modules/smartsection/item.php?itemid=494

kisah Hakim yang adil dan bijaksana

kisah Hakim yang adil dan bijaksana

Cerita ini terjadi di kota New York pada pertengahan 1930an ketika AS mengalami depresi ekonomi. Saat itu hari amat dingin. Di seluruh penjuru kota , orang-orang miskin nyaris kelaparan. Di suatu ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk menyimak tuntutan terhadap seorang wanita yang dituduh mencuri septong roti. Wanita itu berdalih bahwa anak perempuannya sakit, cucunya kelaparan, dan karena suaminya telah meninggalkan dirinya. Tetap saja penjaga toko yang rotinya dicuri menolak untuk membatalkan tuntutan. Ia memaksa bahwa wanita itu harus dihukum untuk menjadi contoh bagi yang lainnya.

Hakim itu menghela nafasnya. Sebenarnya ia enggan menghakimi wanita ini.

Tetapi ia tidak punya pilihan lain. “Maafkan saya,” katanya sambil memandang wanita itu. “Saya tidak bisa membuat pengecualian. Hukum adalah hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda kamu sepuluh dolar, dan jika kamu tidak mampu membayarnya maka kamu harus masuk penjara sepuluh hari.”

Wanita itu tertunduk, hatinya remuk. Tanpa disadarinya, sang hakim mencopot topinya, mengambil uang sepuluh dolar dari dompetnya, dan meletakkan uang itu dalam topinya. Ia berkata kepada hadirin.

“Saya juga mendenda masing-masing orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar lima puluh sen karena tinggal dan hidup di kota ini dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk menyelamatkan cucunya dari kelaparan. Tuan Bailiff, tolong kumpulkan dendanya dalam topi ini lalu berikan kepada terdakwa.”

Akhir cerita, wanita itu meninggalkan ruang sidang sambil mengantongi empat puluh tujuh dolar dan lima puluh sen, termasuk di dalamnya lima puluh sen yang dibayarkan oleh penjaga toko yang malu karena telah menuntutnya.

Tepuk tangan meriah dari kumpulan penjahat kecil, polisi New York , dan staf pengadilan yang berada dalam ruangan sidang mengiringi kepergian wanita itu…
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI

sumber http://www.facebook.com/kata2.hikmah.ofa

Kisah Suami Yang Sabar

Kisah Suami Yang Sabar

Tiga Bulan Tidak Mampu Memandang Wajah Suami

Perkawinan itu telah berjalan empat tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya
dengan ucapan: Alhamdulillah.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.

Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”.

Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah dihadapannya.Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.Sang istri pun bed rest di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas
keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.”Haah, pergi?”. Kata sang istri.”Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri.

Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan subhanallah …Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri
melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari `Ashim.Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan.

Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.Hamper saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani
menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI

(Diterjemahkan dari kisah yang dituturkan oleh teman tokoh cerita ini, yang kemudian ia tulis dalam email dan disebarkan kepada kawan-kawannya)

http://www.madisaminded.blogspot.com

Belajar Dari Seorang Nenek Renta

Belajar Dari Seorang Nenek Renta


Oleh Fathelvi Mudaris

Subhanallaah…sungguh kagum aku pada seorang nenek tua yang umurnya mungkin sudah mencapai angka 80 atau 90 itu. Benar-benar mengagumkan.

Semua ini kemudian mengajarkanku tentang kebiasaan dan kita sebagai manusia yang menjadi ‘budak’ dari kebiasaan tersebut.

Setelah lebih dari tiga hari membersamai beliau, aku menjadi semakin mengenali sosok itu. Nenek tua itu berwajah bersih. Memiliki kebiasaan yang selalu rapi, dan sangat rajin.

Ia sangat mencintai mesjid dan selalu tepat waktu dalam sholatnya. Jika saja sudah terdengar adzan berkumandang, ia bersegera untuk melaksanakan sholat. Sering kali ia menunaikan sholat ke mesjid.

Tapi, belakangan anak dan cucunya sudah melarang karena ketuaannya itu. Dikhawatirkan beliau akan terjatuh jika berjalan sendirian ke mesjid. Osteoporosis telah merenggut kebebasannya untuk melangkah. Tapi, meski dengan punggung yang bungkuk begitu, ia selalu berupaya untuk ke mesjid. Ia selalu menjadi yang pertama di seantero penghuni rumah itu untuk berwudhu’ dan sholat jika saja adzan telah berkumandang.

Dan ia pula yang menjadi orang yang paling berlama-lama bersama Al Qur’an dan melafadzkan huruf demi hurufnya. Ia juga masih turun ke dapur dan ikut memasak sesuatu meski hanya sayur bening, walaupun anak cucunya sudah mencegat.

Ia pun masih senantiasa bersih dan rapi dengan kamarnya yang tak terlihat berantakkan sedikitpun, di saat orang-orang seusianya banyak yang mengabaikan hal ini.

Kemudian aku bertanya pada anak dari nenek itu. Bagaimana bisa nenek itu melaksanakannya di saat orang-orang seumuran beliau mungkin tak banyak yang bisa seperti itu?

Anaknya menjawab, bahwa beliau telah melakoni ini semua semenjak ia kecil dulunya. Semenjak ia mulai mengerti tentang kehidupan. Masya Allah…

Semua ini mengajarkan kepada kita, bahwa kita memang menjadi ‘budak’ dari kebiasaan kita. Ketika kita membiasakan suatu keburukan, maka, kita akan menjadi budak dari keburukkan tersebut.

Kita akan senantiasa melakoninya. Pun sebaliknya, ketika kita terbiasa melakoni sesuatu kebaikan. Kita pun menjadi ‘budak’ dari kebiasaan tersebut yang akan senantiasa pula kita lakukan.

Seperti kata sebuah pepatah Minang, “Ketek taraja-raja, gadang tabawo-bawo, lah tuo tarubah tido.” (Di waktu kecil mulai belajar untuk melakukannya, ketika dewasa mulai menjadi kebiasaan, ketika tua tidak dapat diubah lagi.)

Sebuah penelitian membuktikan bahwa otak kita akan mereduksi segala sesuatu yang sangat jarang digunakan, diulang maupun dibiasakan. Itu sebabnya, jika kita sudah lama tidak mengulangi sesuatu semisal pelajaran maka kita akan melupakannya.

Apalagi hafalan Al Qur’an, yang ketika sudah lama tidak diulang, ia-nya begitu cepat lenyap dari ingatan, bahkan lebih cepat dari kuda yang lepas dari tali kekangannya. Astaghfirullaah… astaghfirullaah…

Maka sebab itu pulalah, Rasulullaah perintahkan kepada kita untuk menjaga kebiasaan baik ini. Tentang menjaga amalan baik kita. Sungguh Allah menyukai amalan yang istimror. Berkelanjutan. Dari Aisyah ra., Rasulullah bersabda : “Amal perbuatan agama yang paling disukai Allah yaitu amal perbuatan yang terus dikerjakan oleh orang yang mengerjakannya.” (Al Hadits)

Ini semua menjadi ‘reminder’ bagi kita, bagi diriku terutama. Sebab, aku pun sesungguhnya masih sangat jauh dari ini semua. Aku pun masih belum bisa melaksanakan yang demikian itu.

Semoga ini semua menjadi pengingat bagi diri kita tentang ke-istimror-an amalan-amalan yang kita kerjakan. Astaghfirullaah lii wa lakum ajma’in.

http://www.fathelvi.blogspot.com

Cerpen Suami Yang Romantis

Cerpen Suami Yang Romantis

Oleh: Dian Yasmina Fajri

Aku berdiri di depan kalender. Beberapa hari lagi kami akan melewati tanggal istimewa. Tahun perkawinan kami yang kelima.
Seingatku kami jarang bertengkar. Kalau bukan aku duluan yang cari gara-gara, sepertinya kami tak akan pernah bertengkar. Penyebabnya pun bisa masalah sepele yang bagiku kadang sangat menjengkelkan. Aku bisa menerimanya dengan lapang dada kalau sedang cuek, tapi kalai keimananku lagi tipis aku bisa uring-uringan karenanya.
Suamiku tidak romantis. Dia kadang nggak ngeh dengan apa yang aku mau. Padahal menurutku, dari bahasa tubuh saja seharusnya dia bisa menangkap keinginanku. Orangnya cuek bebek, walupun selera humornya oke juga hingga kadang kami sering melewati hari dengan kelucuan-kelucuan yang menyegarkan. Misalnya, dia tak malu mengajakku berjoget kalau kebetulan mendengarkan iklan Syarmila di televise. Gayanya dengan jempol ketemu jempol dengan mata dimerem-meremkan kadang membuatku tertawa sampai sakit perut. Soalnya aku pada saat yang sama kadang suka membayangkan bagaimana berwibawanya dia di tempatnya bekerja. Oh, ya, suamiku bekerja di bagian personalia sebuah pabrik sebagai pemimpin yang membawahi ratusan buruh. Dia juga kerap mengisi pengajian bapak-bapak di masjid tempat kami tinggal.
“Aku bilangin bapak-bapak pengajian baru tahu rasa lho!” godaku mencandainya.
“Alaah, kamu juga, di data dulu katanya pendiam, tahunya cerewetnya ‘nggak tahaaaan’!” balasnya menirukan sebuah iklan.
Ia mengungkit data waktu kami taaruf dulu. Kami menikah tanpa pacaran, tapi dikenalkan oleh teman. Teman yang jadi mak comblang itu bilang padanya kalau aku pendiam. Kenyataanya aku memang pendiam kalau sedang tidur. Tapi kalau dia begitu, ya… terpaksa aku jadi cerewet.
Jam delapan malam saat kepulangannya dari kantor, dia duduk di bangku kesayangannya. Aku mengambilkan the dan makanan kecil, lalu kai saling betukar cerita tentang kejadian yang kami alami seharian tadi. Kadang kalau ana-anak sudah tidur, kami bisa mengobrol sampai setengah sebelas malam atau lebih malam lagi.
“Mandi dulu, Yang!” kataku entah untuk yang keberapa kali di sela-sela obrolan kami
“Apakah harus?”
“Iya lah, kamu berdebu begitu!”
“Ck… ck, Ibu-ibu… mandi itu harus ada sebab-sebabnya!” jawabnya nakal.
“Sebabnya udah jelas… kamu bau bus dan berdebu begitu,” jawabku sambil menutup hidung pura-pura sangat terganggu.
“Ee.. Ingat… kiat-kiat menjaga kulit… Satu, mandi jika ada sebab yang mewajibkan. Dua, banyak bergerak, agar banyak keluar keringat. Tiga, keringat tak usah dilap. Empat, jangan mandi sebelum gatal…!”
Aku jadi tetawa mendengar alasannya. Herannya kulitnya memang dari sononya bening dan bersih. Wajahnya mulus tak pernah jerawatan.
Pernah jerawat menyerang wajahku dan membuatku sebal. Aku pun Tanya padanya. “Yang, ngilangin jerawat gimana sih? Kok kamu nggak pernah jerawatan?”
“Makanya Bu, jangan sering-sering mandi. Kamu sih, habis masak mandi, habis jalan-jalan pagi mandi, kepipisan adik mandi…. Kebanyakan mandi nanti kamu mentik kayak tumbuhan!” jawabnya konyol. Aku terkikik karena dalam pikiranku terbayang biji kacang hijau yang tiap hari disiram hingga mentik jadi toge. Ah, si sayang memang selalu ada-ada aja! Tapi aku segera tersadar dari lamunanku dan teriak.
“Udah… udah…! Mandi dulu, pokoknya aku nggak mau nyiapin nasi kalau Mas belum mandi,” kataku mengingat kebiasaannya tak mau makan kalau bukan aku yang nyendokin ke piring dan menyiapkan semuanya. Manja!
“Gimana aku mau mandi kalau ada bidadari cantik yang menahan langkahku?”
“Ngegombalnya nanti aja!” Aku mendelik, dan dia nyengir bandel lalu segera mengambil handuk dan baju santainya yang dari tadi sudah aku siapkan.
Ketika ia mandi aku menyiapkan makanannya. Beberapa saat kemudian dia keluar dan melemparkan handuk basah ke atas tempat tidur.
“Mas…!” ujarku sambil melirik handuknya.
“Sorry… sorry, Neeeng. Lupa…” ujarnya sambil cengar-cengir, “Cerewet” bisiknya sambil menggantung handuk di tempatnya dan membuatku mendelik. Ia cuma tertawa.
Begitulah, tak ada yang jelek pada tingkahnya. Dia selalu nyantai saja kalau diprotes ketidakdisiplinnya menaruh handuk, buku, sepatu, sabun mandi, dan lain-lain. Aku juga tak mempedulikannya benar kalau sedang menggebu sayang dan kangenku padanya. Tapi kalau kebetulan sedang bad mood, hal kecil itu bisa juga membuat kami diam-diaman.
Seperti pagi itu, kami berangkat kantor bareng. Senang rasanya bisa bergandengan sepanjang jalan menuju terminal sebelum berganti kendaraan ke kantor masing-masing, apalagi kami jarang bisa bersma. Pulang kerja paling cepat pukul delapan malam ia sampai rumah. Kalau ada kegiatan ekstra seperti Rohis kantor, karang taruna di lingkungan kami, tugas keluar kota, atau mengisi pengajian, kami jarang bisa bersama dalam waktu yang agak lama. Karea itu, kami senang bisa berangkat bareng ke kantor.
Tapi begitulah, hari itu rasanya menjengkelkan sekali. Sedang enak-enaknya jalan bergandengan di tepi trotoar menunggu bus lewat, tiba-tiba busnya datang duluan.
“Bu… Bu, tuh busku datang, yok…” Terburu-buru ia mengejar Patas AC yang memang langka dan selalu penuh itu. Hup, dia melompat ke dalam bus dan meninggalkanku sendirian di jalan. Sebal! Nggak ada basa-basinya. Salam dulu kek, beri aku kesempatan mencium tangannya kek, atau bilang ‘Aku duluan, ya Yang, hati-hati di jalan,’ gitu… Kayak di film-film. Ini, mah… boro-boro. Sebal, rutukku kesal.
Rasa kesalku akhirnya merambat ke hal-hal lain. Seingatku ia pernah mengantar aku belanja ke swalayan seperti yang dilakukan para suami teman-temanku. Tapi coba dia bilang apa, ketika aku minta diantar? “Kamu kan punya kaki, jalanlah sendiri. Tugasku lagi banyak! Tak usah manja. Ingat muslimah harus tegar, siap berjihad fi syara wa dhara!”
Auk ah gelap! Sebeeeeeeellll!!! Cibirku dalam hati. Aku memang bisa jalan sendiri, tapi kan sekali-kali bolehlah manja. Dia itu kalau aku lahi ingin kolokan kadang masa bodo terus.
“Mas, kepalalku pusing nih!” kataku dengan memelas, menyilakannya untuk memijit kepalaku atau apalah biar aku bisa sedikit manja padanya.
Dia Cuma jawab, “Oh, pusing. Minum obat sana!” katanya tetap menekuri buku yang dibacanya.
Huuuh bête! Aku pun jadi cemberut semalaman tapi dia tetap tak sadar. Setelah matanya sepet karena membaca, ia menguap lebar lalu mencium keningku yang sedang cemberut di sampingnya lalu mendengkur tidur. Hiiih… gak liat apa aku udah pasang muka ditekuk begitu? Kan capek, hargain sedikit dong! Sebal!
Pernah suatu saat dia bertugas keluar kota. Aku mengantarnya sampai stasiun kereta berharap bisa bercakap melepas kangen sebelum berpisah. Namun, di stasiun dia bertemu dengan kawannya waktu kuliah dulu. Ngobrol lama sekali. Aku ikut mengobrol karena tak tahu topic pembicaraan anak teknik industry, dan ia laki-laki, lagipula suamiku lupa mengenalkan temannya itu padaku. Aku Cuma bisa berdiri menunggu jadi kambing congek. Setelah sekitar empat puluh menit, percakapan itu baru selesai. Itupun karena kereta ArgoBromo datang dan ia tergesa-gesa mengangkat barang-barangnya.
“Bu… aku berangkat, ya, hati-hati di rumah!”
Aku Cuma menatap kepergiannya dengan doa. Semoga selamat pulang dan pergi. Tapi dasar suamiku cuek. Tiga hari di luar kota, tak member kabar apapun. Telepon kek, kalau sudah sampai atau kasih tahu kami dimana dia menginap. Apa dia sehat-sehat saja? Pikiranku jadi macam-macam. Jangan-jangan dia tidak sampai? Jangan-jangan ada penjahat yang menodongnya lalu ia terluka, berdarah-darah dan masuk rumah sakit? Atau dia mengalami kecelakaan, ketabrak truk waktu hendak menyeberang, terkapar sendirian, tewas mengenaskan, tak ada saudara yang tahu, dan aku… aku jadi janda…. Lalu bagaimana dengan dua anakku yang masih kecil-kecil itu. Akhirnya aku menangis di depan anak-anakku yang tengah terlelap tidur. ‘Kalian akan jadi yatim, Nak!’ bisikku pilu.
Aku pun merancang-rancang rencana kalau suamiku benar-benar mati. Mungkin aku akan jualan gado-gado, atau menitipkan kue-kue ke toko-toko untuk menunjang gaji kantorku yang tidak begitu besar. Tiba-tiba pikiranku melompat. Atau jangan-jangan dia sudah punya istri baru disana, jadi lupa meneleponku. Hatiku jadi cemburu tak karuan. Teganya si Mas. Mas, awas saja kalau sampai begitu, aku nggak relaaaaaa…!!!
Selama itu aku jadi salah tingkah, cemas, sehingga tidak punya nafsu makan dan tak bisa tidur karena memikirkannya. Aku berusaha banyak shalat dan membaca Al Qur’an, tapi pikiranku tak khusyuk, mengembara kemana-mana.
Tiga hari kemudian dia datang dengan tas besarnya yang berisi pakaian kotor dan beberapa tas oleh-oleh.
“Assalamu’alaykum!”
Ia merangkul anak-anaknya dengan sepenuh kangen. Diam-diam aku memandanginya menyelidiki kalau-kalau memang dia punya affair, tapi tingkahnya tak mencurigakan kecuali kalau dia actor yang bisa beracting luar biasa. Ketika ia mengungkapkan kekangenannya padaku, kedengarannya sangat tulus, tak dibuat-buat. Hilang sudah prasangkaku, walaupun setelah ia istirahat aku tumpahkan juga unek-unekku atas kelalaiannya menelepon.
“Ya, ampun… Bu…Bu, makanya jangan kebanyakan nonton sinetron! Jadi emosional begitu!”
Dia malah tertawa mendengar kekhawatiranku yang berlebuhan. “Kalau aku meninggal, kawin aja lagi, repot amat… kamu masih muda dan cantik!” katanya di sela tawa.
Aku malah tambah sewot.
“Memangnya kamu pikir aku mudah gonta-ganti pasangan? Aku tuh tipe wanita setia tau? Kalau sudah satu, satu selamanya untuk seumur hidup! Lagian apa susahnya ngangkat telpon, kasih kabar kamu dimana, lagi ngapain…” Aku nyap-nyap nggak karuan, mengungkit semuanya.
Mungkin karena masih capek dari luar kota, dia dengan sukses mendengkur tak mempedulikan omelanku.
“Hai, jangan tidur dulu, aku belum puas ngomelnya!” kataku mengguncang-guncang badannya tapi dengkurannya malah tambah keras.
Besoknya habis shalat shubuh berjamaah, aku menekuk mukaku sampai saat sarapan. Rupanya dia juga kesal dengan sikapku. Kami jadi diam-diaman dan berangkat kantor sendiri-sendiri. Tapi tengah hari ia menelepon ke kantorku meminta maaf.
Malam harinya dia bilang, “Jangan berantem lagi ya Bu? Capek!”
Aku mengiyakan. Iya lah. Memangnya cemberut terus gak capek? Mana sedang kangen lagi!
Sejak saat itu, ia memang agak mendingan. Kalau mau pulang kemalaman, dia telepon dulu member kabar, menyuruhku makan malam duluan. Tapi itu tak berlangsung lama. Kalau tak diingatkan, kebiasaan cueknya suka kembali.
Memang sudah cetakannya begitu kali. Dengan saudara-saudaranya juga begitu. Ia tak pernah telepon kalau aku tak mengingatkannya. Aku maklum, memang hubungan persaudaraan mereka agak kaku, tidak heboh seperti hubunganku dengan kakak dan adik-adikku. Bahkan ketika aku suruh dia menelepon ibunya minimal seminggu sekali, ia malah bilang, ‘ngomongin apa, ya?’ Padahal aku sendiri dalam seminggu paling tidak menghabiskan sejam dua jam untuk menelepon ortu, mertua, dan saudara-saudara.
Mengingat sifatnya memang cuek, aku tak menekuk mukaku ketika ia pulang menjelang pukul setengah sebelas. Biasa, habis ngisi pengajian. Aku menyiapkan makan dan mengobrol dengan manis. Kami diskusi tentang buku yang baru dibacanya, kebetulan tentang komunikasi suami istri.
Aku arahkan pembicaraan ke tingkahnya yang membuatku kesal. Tapi aku tak mau to the point. Aku arahkan hal itu dengan bercerita tentang temen SMU-ku dulu. Rian dan Novi yang putus pacaran Cuma gara-gara tak dibukakan pintu mobil.
Alkisah, Novi sudah berdandan habis, berusaha secantik mungkin untuk nge-date, tapi Rian datang dengan jeans belel dan kaos oblong. Novi berjalan keluar laksana seorang putri. Ia berdiri menanti, sementara Rian langsung membuka mobil dan duduk di belakang kemudi. Novi sebenarnya menunggu dibukakan pintu, seperti yang biasa dilakukan para gentleman. Akan tetapi, Rian malah mengklakson mobilnya dengan tak sabar. Akhirnya mereka bertengkar. Besok pagi berita bahwa mereka putus telah tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Novi bilang padaku bahwa dia capek jalan sama orang yang nggak ada romantic-romantisnya. Sedangkan Rian bilang, emangnya dia gak punya tangan buat buka pintu?
“Dulu aku heran, kok bisa-bisanya gara-gara nggak dibukain pintu mobil aja hubungan mereka jadi putus?” kataku pada suamiku yang mendengarkan sambil menikmati makanannya.
“Itu tandanya Allah masih sayang sama si Rian. Dia dijaga Allah biar nggak pacaran. Mungkin dia sekarang sudah insyaf. Mungkin dia udah jadi ustadz!”
“Iiih kamu salah ngambil ibrah!” selaku keki. Aku kan cerita begitu untuk menyindirnya.
“Aku ngomong begini sehubungan dengan … kamu kalau naik bus duluan. Mbok ya jangan ninggalin aku begitu aja. Salam dulu kek, basa-basi apa gitu… Ini sih teruuus aja lari. Habis manis sepah dibuang!”
“Duuuh si Eneeeng maraaaah!”
Aku terus saja menumpahkan kekesalanku tentang kecuekan dan ketidakromantisannya. Tentang seringnya aku member hadiah dasi, kemeja, dan memperhatikan pernak-pernik kebutuhannya, walaupun kukatakan itu memang uang gajinya. Tapi dia jarang memberiku hadiah. Sekalinya aku ulang tahun, aku diberi kado pisau Victorinox. Memang sih pisau itu sangat membantuku di dapur. Tapi kayaknya ngeri… dihadiahi pisau. Yang romantic dikit dong! Sampai dia tak pernah membelikan bunga untukku pun ikut kukeluhkan.
“ya ampun, say… aku kan sudah menyerahkan semua gajiku padamu, maksutnya biar kamu bisa beli bunga segerobak atau sesuka yang kamu mau!”
Aku terpaksa tertawa mendengar jawabannya. “dasar si Ayah… tak ada romantic-romantisnya. Kamu kan pegang kredit card dan ATM, jadi bisa belanja!” kataku di sela-sela rasa geli karena sifat cueknya yang memang tak dibuat-buat.
Sejak itu aku lebih maklum lagi dengan sifatnya. Kalau aku lagi merasa terganggu dengan sifatnya, aku mencoba mengingat-ingat segala kebaikannya. Perihal dia tak pernah marah, hamper selalu bermuka cerah di hadapanku, shalih dan rajin ibadah, tegas dan punya prinsip, cerdas dan enak diajak diskusi, dan yang paling penting sekali ia sangat mendukung serta memberikan kebebasan padaku untuk mengembangkan diri, sejauh itu bisa dipertanggungjawabkan.
Keesokan harinya ia membawa lima buag pot bunga mawar sepulang kerja.
“Say.. Say… ini aku belikan pohon mawar. Aku tidak membelikanmu bunga tapi pohon… biar kamu bisa memetik bunganya sepanjang hari. Sesering kamu suka.”
Aku tertawa haru. “Makasih ya Mas,” ujarku sambil menghadiahinya sun sayang. Minimal dia mulai ngeri apa keinginanku.
Sekarang kalau berangkat kerja bareng, ketika akan naik angkot, dia menyikakan aku naik duluan, dan ketika sampai, dia menungguku turun lebih dulu.
“Udah nyadar?” bisikki padanya sambil berjalan di sisinya.
“Ladies first! Aku kan banyak belajar dari kamu!” jawabnya kalem.
Ya memang sepanjang tahun perkawinan, kami terus belajar satu sama lain. Seperti tiap saat ada saja hal-hal unik dari dirinya yang baru kuketahui dan berusaha aku pahami.
Memsuki tahun kelima pernikahan kami, aku ingin menyiapkan sesuatu yang spesial untuk keluarga. Aku masak yang agak banyak dan istimewa, menyiapkan bunga segar dan lilin untuk candle light. Pagi-pagi sebelum subuh, aku mandi dn mulai memasak. Selesai shalat di masjid, suamiku membaca Al Qur’an kemudian tidur lagi. Sepertinya dia lupa pada tanggal istimewa kami. Dan memang dia jarang merasa istimewa pada tanggal-tanggal yang sebalikknya kuanggap istimewa.
Aku juga segan mengingatkan. Ia malah sibuk sendiri memilih baju untuk rapat pertemuan direksi. Ketika sarapan, aku singkirkan bunga segar dari meja makan dan menaruhnya di meja ruang tamu. Kami sarapan tanpa banyak cakap. Anak-anak pun tak rewel saat disuapi.
Aku menunggu ucapan selamatnya sampai kami menunggu angkot. Ternyata dia biasa saja sampai kami berpisah bus karena kantor kami lain jurusan. Ya… sudahlah, pikirku maklum.
Ketika sibuk-sibuknya menyelesaikan pekerjaan kantor, pukul setengah dua belas siang, ia nongol di ruanganku.
“Ada apa, Mas?” aku langsung berdiri menyambutnya.
“Dia tersenyum misterius. “Mau ngapain kamu rapi banget? Pakai jas dan dasi segala. Jangan cakep-cakep nanti cewek-cewek pada naksir!” sapaku heran.
“Kan tadi habis rapat. Udah, jangan cerewet. Nge-Lunch yuuuk!”
“Hah, makan siang? Kamu gak kerja?”
“kan hari ini kita ulang tahun pernikahan? Tumben kamu gak ingat?”
“Jadi Mas ingat? Dari tadi pagi?”
“Nggak sih..! Pas lagi ngomong-ngomong sama temanku, aku jadi ingat hari ini kita ulang tahun. Kebetulan aku habis ngantar big bos ke airport, terus ada urusan luar, dan masih ada waktu buat kita makan siang bersua. Ayoo kapan lagi?!”
Aku tertawa girang. “Wah, surprise dong? Aku minta ijin keluar sebentar… kalau-kalau nanti telat kembali ke kantor!”
“Aku sudah mintakan ijin. Kubilang ada urusan keluarga!” katanya berbisik sambil tersenyum.
Teman-teman kantor sibuk menggoda ketika aku jalan keluar dengannya.
“Gandengan nih yee!”
Pokoknya aku tersenyum terus sepanjang jalan. Happy berat. Apalagi dia bawa mobil kantor segala. Ketika aku mau buka pintu, ia buru-buru membukakan pintuku. Tambah surprise lagi ketika dia memberiku buket bunga mawar. Wow, hatiku turut berbunga-bunga.
Kami makan di restoran yang agak mewah.
“Bayar, say…!” katanya selesai kami makan.
“Bayar? Bukannya kamu yang traktir?” tanyaku terkejut.
“Aku nggak bawa uang. Kan ATM dan kredit card ada di kamu, kemarin kamu minta buat bayar telepon” katanya lagi.
“Aku nggak bawa. Tadi pagi kutaruh di lemari buku. Aku Cuma bawa uang pas untuk ongkos saja, lima puluh ribu… itupun udah dipakai buat bayar bus!” kataku bingung.
Aku memang jarang bawa uang tunai dalam jumlah banyak. Begitu juga suamiku.
“Wah, gimana nih?”
Ia malah tertawa-tawa geli. Aku ngomel-ngomel karena diajak makan tanpa periapan uang.
“Makanya Mas, jadi orang perhatian dikit!” Ujarku kesal.
“Tahu gini mending makan di warteg aja tadi!”
Ia malah semakin lebar tertawanya. Akhirnya ia menemui manajer restoran, menjelaskan semuanya dan meninggalkan KTP. Untung manajer itu mau menerima walaupun wajahnya agak curiga. Malunya itu lho, masak makan di resto dengan jaminan KTP.
“Sorry ya, Yang… He, tambahin ongkos dong..! Ungku habis buat beli bunga!” katanya lagi sambil mesam-mesem.
Aku tambah mendelik keki. Sekali lagi aku berusaha maklum. Memang sudah dari sana cetakannya begitu!. Pikirku sambil memandangnya gemas…

sumber: http://lenamunzar.blogspot.com/2013/02/cerpen-suami-romantis.html

model2 suami yg sifatnya sama dengan penulis blog..  mtory... hehe

Kisah romantis Suami istri sholat tahajud

Kisah romantis Suami istri sholat tahajud


Di suatu malam yang akhir.

Istri: "Abi...Abi...bangun bii...ini sudah waktunya sholat tahajjud". Kata istri sambil membangunkan suaminya.

Suami: "Hmmm bentar..." sambil memalingkan badanya dari hadapan istrinya.

Istri: "Hayo mau di cium apa jewer nih?"

Suami: "Cium dong sayang, Yukk kita ambil wudhu terus sholat mii.."

Meraka pun beranjak keluar dari kamarnya untuk mengambil air wudhu setelah itu mereka menunaikan sholat tahajjud.

Hari yang lain di waktu sepertiga malam yang akhir.

Suami: "Ummiku sayang bagun yuuk, sholat tahajjud". kata suami pada istrinya yg sedang tidur.

Istri: "Abi duluan aja deh ambil air wudhunya." kata istri sambil menarik selimut.

Suamii: "Hayo minta di kelitik-keliitik atau gendong nih?"

Istri: "Baguniiiin, gendong..." kata istri dengan manjanya.

Mereka pun akhirnya beranjak keluar dari kamar untuk mengambil air wudhu setelah itu mereka menunaikan sholat tahajjud, Dan merekapun mendapatkan rahmat dan ampunan dari Rabbnya.

semoga kita semua bisa memiliki istri/suami yg bertaqwa kepada Allah swt dan menjadi keluarga yg sakinah,mawadah dan warohma

PERCAKAPAN TIGA TOKOH YAHUDI

PERCAKAPAN TIGA TOKOH YAHUDI

YAHUDI 1: "Kita tak bisa lawan Umat Islam melalui peperangan, sebab umat islam perang untuk mati (syahid)"

YAHUDI 2: "Hmm, betul. Selagi kitab ini (al-Quran) ada di tangan mereka mana mungkin mereka bisa dikalahkan."

YAHUDI 3: "Kita serang secara pribadi mereka sehingga mental dan Rohani mereka lemah. Kita penuhkan siaran tv mereka dengan film melalaikan, kita penuhkan radio dengan lagu-lagu yang mengasyikkan jiwa mereka !! KITA HANCURKAN PEMUDA-PEMUDI MEREKA!! Biar mereka lalai dari solat! Kemudian kita pecah-belahkan mereka!! Biar mereka terus berperang satu sama lain!"

YAHUDI 1: "Bagus! Biar mereka terlalai, terlena. Biar mereka lupa kitab dan solat mereka. Sebab umat islam akan jadi lemah bila tinggalkan ajaran TUHAN mereka."

Apa Kita mau mereka terus menjajah mental/rohani kita? Ayo berubah sedikit demi sedikit ke jalan Allah. Baru Islam itu LEBIH kuat.

Cerpen Romantis Suami Istri

Cerpen Romantis Suami Istri

Ketika sore sepulang kerja seorang suami melihat isteri yang tertidur pulas karena kecapekan bekerja seharian di rumah. Sang suami mencium kening isterinya dan bertanya, "Ummi, udah shalat Ashar belum?" Isterinya terbangun dengan hati berbunga-bunga menjawab pertanyaan suami, "Sudah, Bi "

Isterinya beranjak dari tempat tidur mengambil piring yang tertutup. Sore itu isterinya memasak kesukaan sang suami.

"Lihat nih, aku memasak khusus kesukaan Abi."

Piring itu dibukanya, ada sepotong kepala ayam yang terhidang untuk dirinya. Sang suami memakannya dengan lahap dan menghabiskan. Isterinya bertanya, "Abi, kenapa suka makan kepala ayam padahal aku sama anak-anak paling tidak suka sama kepala ayam." Suaminya menjawab, "Itulah sebabnya karena kalian tidak suka maka Abi suka makan kepala ayam supaya isteriku dan anak-anakku mendapatkan bagian yang terenak."

Mendengar jawaban sang suami, terlihat butir-butir mutiara mulai menuruni pipinya. Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah dipikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya dan anak-anak.

Ya Allah.. Berikanlah Jodoh Yang Sakinah Mawaddah warohmah untuk kami.. 

aamiin
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI
atau anda ingin membaca
Cerpen Pudarnya Pesona Cleopatra
Cerpen Menunggu Jawaban Calon Mertua

Cerpen Cinta Laki-laki Biasa

Kisah seorang Istri yang tak bersyukur

Kisah seorang Istri yang tak bersyukur

Kisah seorang suami Yang amat mencintai istrinya, namun istrinya tak mencintainya
Ia mengharapkan lelaki lain, yang lebih darinya…
Wanita itu telah pandai bahasa arab, sementara suaminya hanya memahami bahasa indonesia. Wanita itu telah lama
mengaji, sementara suaminya, sibuk membanting tulang mencari nafkah. Tuk membahagiakan kekasihnya. Wanita itu telah
banyak menghafal alqur’an, sementara suaminya tak banyak bisa menghafal…

Mungkin…
Kini suaminya sudah tak berharga di matanya, mungkin…
Kini cintanya telah pudar di hatinya, karena tak sesuai harapannya.

Demikianlah…
Kisah cinta yang bertepuk sebelah, karena istrinya tertipu oleh kepintarannya. Ilmu tak membuatnya semakin sayang pada
suaminya.

Ilmu tak membuatnya semakin berbakti kepada suaminya.
Ilmu membuatnya angkuh, Tak ada lagi cinta dihatiku kilahnya…

Saudariku…
Engkau boleh lebih berilmu dari suamimu. Tapi mungkin suamimu lebih takut kepada Allah darimu. Engkau boleh punya
banyak kelebihan di atas suamimu. Tapi suamimu, mungkin lebih dicintai oleh Rabbmu karena ketawadlu’annya…
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata…
Ilmu itu bukanlah dengan banyak menghafal riwayat
Namun ilmu adalah yang menimbulkan rasa takut kepada Allah.
Dimanakah hadits yang telah engkau hafal, “Suamimu adalah surgamu atau Nerakamu…”

Ya Rabb… Berilah kami ilmu yang bermanfaat..

DOSA YANG LEBIH BESAR DARI ZINA

DOSA YANG LEBIH BESAR DARI ZINA

Suatu senja, seorang wanita melangkahkan kaki mendekati kediaman Nabi Musa.

Setelah mengucapkan salam, dia masuk sambil terus menunduk.
Air matanya berderai tatkala berkata, “Wahai Nabi ALLAH, tolonglah saya.

Doakan agar ALLAH mengampuni dosa keji saya”.
“Apakah dosamu wahai wanita...?” Tanya Nabi Musa.
“Saya takut mengatakannya,”­ jawab wanita itu.
“Katakanlah, jangan ragu-ragu...!”desak Nabi Musa.

Maka perempuan itu pun dengan takut bercerita, “Saya telah berzina.”

Kepala­ nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
“Dari perzinaan itu saya hamil. Setelah anak itu lahir,
langsung saya cekik lehernya sampai mati,” lanjut perempuan itu seraya menangis.

Mata Nabi Musa berapi-api.
Dengan muka yang berang dia menghardik.
“Perempuan celaka, pergi dari sini. Agar siksa ALLAH tak jatuh ke dalam rumahku.

Pergi...!!!!” teriak nabi Musa sambil berpaling karena jijik.

Hati perempuan itu bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh.
Dia menangis tersedu-sedu dan keluar dari rumah Nabi Musa.
Ia tak tahu harus kemana lagi mengadu. Bahkan dia tak tahu ke mana harus melangkahkan kaki.

Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana manusia lain bakal menerimanya...?

Sepeninggalnya wanita tersebut, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.

Jibril lalu bertanya,
“Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak BERTAUBAT

dari dosanya...? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar dari itu...?”

Nabi Musa terperanjat.
“Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu...?

Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang hina itu...?” Tanyanya.

“Ada...!!!” Jawab Jibril dengan tegas.

“Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada SERIBU kali berzina.”

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa memanggil wanita tadi,
lalu berdoa memohon ampunan kepada ALLAH.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja

tanpa penyesalan seakan menganggap remeh perintah ALLAH.
Sedangkan BERTAUBAT dan menyesali Dosa dengan sungguh-sungguh­

berarti masih mempunyai IMAN di dadanya dan Yakin ALLAH itu ada.

Semoga Bermanfaat Untuk Kita semua Aamiin

Rasulullah shallallahu álaihi wasallam bersabda : “Barang siapa Menunjukkan kepada Kebaikan. Maka ia memperoleh Pahala yang sama seperti yang melakukan atau mengamalkan Kebaikan itu.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Senin, 30 Desember 2013

JENAZAH WANITA YAng MASIH UTUH

JENAZAH WANITA Yang MASIH UTUH

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Di sebuah perkampungan ada seorang wanita muda sholehah yang cantik jelita dan kalau dia sedang tersenyum, tampak kedua lesung pipit di kedua pipi wajahnya.

Dia sangat rajin beribadah dan kehidupannya sangat sederhana sekali. Dia pun sangat sabar dan taat kepada suaminya. Kalau suaminya sedang marah, dia hanya menundukkan kepala dan tidak berkata sepatah katapun juga.

Pada suatu hari dia terserang sakit, kemudian meninggal dunia. Lima tahun kemudian makamnya dibongkar dan dipindahkan ke bagian dalam pemakaman, karena ada pelebaran jalan. Ternyata ketika dilihat, jenazahnya masih tetap utuh, bahkan kain kafannya pun masih baru serta rambutnya masih basah.

Subhanallah ! Pada suatu hari ibunya (kebetulan masih saudara dekat dengan saya) datang silaturrahmi ke gubug saya. Kemudian, saya tanyakan kepadanya tentang perihal jenazah anaknya yang masih utuh itu.

Kata saya: “Amalan apakah yang dia lakukan sewaktu hidupnya, yang menyebabkan jenazahnya seperti itu?.

Jawab ibunya: Dia selalu mengistiqamahkan (merutinitaskan) membaca surat Yasin. Bahkan di setiap mau tidur, dia tidak lupa membaca surat Yasin terlebih dahulu sambil memegang tasbih.

Juga, dia belum pernah mengeluh sedikitpun juga dalam menjalani kehidupan rumah tangga dengan suaminya.

Subhanallah



sumber dari fp strawberri

Ketika seorang Ibu memukul anaknya

Ketika seorang Ibu memukul anaknya

Ada seorang ibu yang selalu memukul anaknya setiap siang hari di depan orang banyak. Sang anak tidak pernah menangis dan tidak pula berkata apa-apa kepada ibunya saat dipukul.

Setelah sekian lama, tiba-tiba suatu hari ia menangis saat dipukul oleh ibunya. Ketika ibunya pergi, orang-orang pun bertanya kepadanya:

"Apa yang membuatmu menangis hari ini? Padahal selama ini kamu tidak pernah menangis saat dipukul ibumu? Bukankah ibumu memukul dengan cara yang sama seperti hari-hari kemarin?"

Anak itupun menjawab:
"Aku merasa pukulan ibuku sudah mulai melemah. Ini menandakan dirinya sudah tua"

Minggu, 29 Desember 2013

Pidato wisudawan terbaik dan menakutkan

Pidato wisudawan terbaik dan menakutkan

pidato ini adalah pidato dari anak sma di amerika..
“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.
Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?

Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”

Kisah Hikmah Imam Hanafi dan Anak Kecil

Kisah Hikmah Imam Hanafi dan Anak Kecil
Dalam kisah ini menceritakan dialog antara Imam Hanafi dengan anak kecil itu. Siapa sangka, peringatan yang keluar dari lidah anak kecil itu membuat Imam Hanafi tersungkur menangis. Berikut kisahnya yang saya copas dari email, saya tulis di sini kembali untuk menjadi hikmah buat kita semua, agar kita selalu rendah hati dan tawadhlu selalu, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT
~~~~~~~~~~~~~~
Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan mengenakan sepatu kayu.
”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai kau tergelincir,” sang imam menasehati.
Bocah miskin ini pun tersenyum, menyambut perhatian pendiri mazhab Hanafi ini dengan ucapan terima kasih.
”Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?” tanya si bocah.
”Nu’man.”
”Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a‘dham (imam agung) itu?”
”Bukan aku yang menyematkan gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku.”
“Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI

Ulama besar ini pun tersungkur menangis. Imam Hanafi bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

Kisah Hikmah Pilihan Allah Adalah yang Terbaik

Pilihan Allah Adalah yang Terbaik/Al Khair Khairutullah
Suatu masa, ada seorang raja yang sangat menyayangi rakyatnya, setiap rakyatnya mendapat musibah dia selalu mengatakan Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik, sehingga menjadi lapanglah hati rakyatnya mendengar hal ini.
Suatu hari sang raja mendapat musibah jari tangannya putus, lalu ia mengadu kepada salah seorang menteri kesayangannya, dan menteri tersebut mengatakan kepada raja hal yang biasa ia katakan pada rakyatnya, Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik. Mendengar hal ini sang raja murka dan memenjarakan perdana menteri tadi.
Suatu hari raja bersama pasukannya pergi berburu dan mereka tersesat jauh di dalam hutan dan tertangkap sekelompok penyembah roh. Satu persatu pasukan raja di sembelih untuk di persembahkan ke dewa penyembah roh tadi hingga tiba giliran araja mereka melihat jari raja yang terputus sehingga mereka tidak jadi menyembelih raja karena dianggap cacat. akhirnya raja selamat dan kembali ke istananya.
Raja segera membebaskan menteri yang ia penjarakan tadi dan berkata benar apa yang engkau bilang wahai menteri Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik, lalu ia menceritakan apa yang terjadi pada menteri tadi.
Dan sang raja bertanya pada menteri lalu apakah penjara bagimu adalah yang terbaik pilihan Allah? sang menteri menjawab benar wahai raja, Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik.
Sang raja bertanya apa terus apakah hikmahnya bagimu wahai menteri?
Menteri menjawab seandainya saya tidak masuk penjara tentunya saya akan ikut bersama raja berburu dan tentunya saya sudah disembelih bersama pasukan lainnya. namun Allah menyelematkan saya dengan memasukkan saya ke penjara.


Sumber: http://www.percikaniman.org/category/artikel-islam/pilihan-allah-adalah-terbaik

Jumat, 27 Desember 2013

Kisah Kucing dan Ular Buta

Kisah dari Syeikh Abdul Hamid Kisyk rahimahullah,
bahwa Malik bin Dinar rahimahullah berkata, “Suatu kali saya sedang menyantap makananku. Tiba-tiba datanglah seekor kucing. Maka aku lemparkan secuil daging kepadanya. Lalu aku memandanginya heran, kenapa ia tidak mau memakannya? Apakah ia takut?

Lalu aku melihat kucing itu membawa daging itu dan meletakkannya di sisi sebuah lubang yang dalam. Aku memperhatikannya dari kejauhan. Ternyata kudapati ada ular yang keluar dari lubang itu, pelan mendekati daging itu dan kemudian menyantapnya.

Tampaknya ular itu buta dan lemah, tak mampu berjalan mencari makanan. Dan Allah mengirim rejekinya melalui hewan yang secara tabiat menjadi musuhnya.

Begitulah rejeki...jika memang tercipta untuk kita,niscaya ia akan mendatangi kita.

Dikutip dari fb Ust. Abu Umar Abdillah via Ust.Farid Achmad Okbah

Kamis, 26 Desember 2013

Meskipun jelek dan hitam,khalifapun bisa jatuh hati

meskipun jelek dan hitam,khalifapun bisa jatuh hati 

Seorang dari keturunan Bani Abbasiyah, memiliki seorang budak perempuan yang berparas buruk, berkulit hitam, dan tidak enak dipandang mata. Pada suatu hari, Raja menaburkan uang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan berlomba untuk mendapatkan uang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam yang buruk rupa itu.
Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda. Raja merasa amat keheranan dan bertanya, “Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu memperebutkan uang.” Budak itu menjawab, “Wahai Baginda khalifah, jika semua budak berlomba untuk mendapatkan uang taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan uang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik uang taburan itu.” Mendengar jawaban budak itu, Raja Harun tercengang dan merasa takjub.
Karena rasa kagumnya, ia jadikan budak itu sebagai permaisurinya. Berita perkawinan seorang raja dengan budaknya tersebar kepada para pejabat lainnya. Mereka semua mencemooh Raja Harun dan mencela Raja yang mempersunting seorang budak hitam. Raja mendengar semua cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan menegur mereka.
Kemudian Raja memerintahkan untuk mengumpulkan semua budak di negerinya. Ketika semua budak telah berkumpul di hadapan Raja, Raja memberikan kepada masing-masing budak segelas berlian untuk dihancurkan. Namun, semua budak menolak pemberian itu. Kecuali si budak hitam yang buruk rupa itu.
Tanpa ragu, gelas itu diterima dan ia pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata, “Lihatlah budak hitam yang berperilaku sangat menjijikan ini!” Raja lalu menoleh ke arah budak hitamnya dan bertanya, “Mengapa kau hancurkan gelas itu?” Budak hitam menjawab, “Aku lakukan hal ini karena perintahmu. Menurut pendapat hamba, jika gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi perbendaharaan Khalifah. Tapi jika hamba tidak lakukan perintah Tuan, berarti aku telah melanggar titah Khalifah. Bila gelas ini hamba hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila. Namun bila gelas ini tidak hamba pecahkan, berarti hamba telah melanggar perintah Khalifah. Bagiku, pilihan yang pertama lebih mulia daripada yang kedua.” Mendengar jawaban yang singkat itu, semua pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam itu.
Akhirnya mereka menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang Khalifah jatuh hati kepadanya.

kisah istri yang sholeha

kisah istri yang sholeha

kisah ini saya ambil dari blog tetangga.. entah ini kisah nyata atau fiksi..  tapi kisah seperti ini sudah banyak yang menjadi nyata dalam kehidupan sehari hari
Bismilahirrohmanirrohim..

Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun..
Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun..
Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah..

Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus..
Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi..
Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah..

Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti..
Awalnya mereka mengira " Morning Sickness " karena waktu itu istrinya hamil muda..

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah..
Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya..

Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..

Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya..
Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG..
Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah..

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh..

Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit..
Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol..
Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh..
Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung..
Diobati lagi, sembuh..
Ternyata ada masalah dengan paru-parunya..
Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh..

***

Suatu ketika, Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya..
" Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? 
Ummi tidak dapat melihat dengan jelas "
Mereka memang saling memanggil dengan " Ummy " dan " Abi " sebagai panggilan mesra..
" Kenapa Mi ? " Yaqin agak panik " Semua terlihat kabur "..
Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya…
Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya..

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang..

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakit..
Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya..

***

" Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya.." pintanya sambil memegang perutnya..

Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline..
Akhirnya Yaqin mengalah..
Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini..

Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi..
Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter..

" Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur..
Ummi takut hafalan Ummi hilang "

" Orang sakit itu berat penderitaannya Bi..
Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan..
Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah..
Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.."

Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone..
Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur..
Dan itu dilakukan setiap hari..

" Bi, tadi malam Ummi mimpi..
Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum..
Rasanya enak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman senak itu..
Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan "

" Itu tandanya Ummi akan segera sembuh " Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu..

Yaqin mencoba menghibur istrinya..
" Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? 
Mau tak belikan dua atau tiga?? 
Buat dipakai lebaran "

" Nggak usah, Bi..Ummi nggak ikut lebaran kok " jawabnya singkat..
Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang..

" Mi, maaf..Bukannya Abi nggak mau belikan baju..
Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.. "

" Ummi nggak marah kok, Bi..Cuma Ummi nggak ikut lebaran..
Nggak apa-apa kok Bi "

" Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…?? " Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian..
Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya..

***

Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali..
Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya..

" Ada apa dengan istriku?? " tanyanya setengah membentak..
" Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali " jawab perawat yang mengurusnya..

Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya..
Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya..

Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya..

" Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi? " 
" Kenapa Umi berbicara seperti itu,Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi "
Hatinya seakan berkecamuk..
" Doanya yang banyak ya Bi " " Pasti Ummi " " Jaga dan rawat anak kita dengan baik "

Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah..
Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah..
Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti..
Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti..
Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti..
Lehernya bergerak, lalu berhenti..
Kemudian matanya..
Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar..
Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi..

Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat..
Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan..
Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah..
Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya..

" Pak, ini jenazah baik " kata perawat itu..
Dengan penasaran dia balik bertanya.. " Dari mana ibu tahu??? " 
" Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? 
Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini " 

Subhanalloh…

Tahukah sahabatku..
Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? 
Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan?
Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits..

" Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit..
Wajah mereka putih bercahaya bak matahari..
Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga..
Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut..
Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya..
Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: " Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah "
Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci..
Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya..
Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut..
Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga..
Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia..
Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit..
Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: " Ruh siapakah ini, begitu harum "
Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: 
Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya) "
(HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah)

***

" Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini, akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang..
Biarlah dia bahagia di sana "
Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin..

Subhanallah..

Source : http://www.arrahmah.com