Jumat, 31 Oktober 2014

DOWNLOAD BACAAN AL-QUR'AN / MUROTTAL

DOWNLOAD BACAAN AL-QUR'AN / MUROTTAL SYAIKH MISYARI RASYID

sebaiknya gunakan laptop/komputer/ notebook.. bukan hp ^_^

NOSURAH
LINK
1Al-Fatihah
Download
2Al-Baqarah
Download
3Al-Imran
Download
4An-Nisa’
Download
5Al-Ma’idah
Download
6Al-An’am
Download
7Al-A’raf
Download
8Al-Anfal
Download
9At-Taubah
Download
10Yunus
Download
11Hood
Download
12Yusuf
Download
13Ar-Ra’d
Download
14Ibrahim
Download
15Al-Hijr
Download
16An-Nahl
Download
17Al-Isra
Download
18Al-Kahf
Download
19Maryam
Download
20Ta­Ha
Download
21Al-Anbiya’
Download
22Al-Hajj
Download
23Al-Mu’minun
Download
24An-Nur
Download
25Al-Furqan
Download
26Ash-Shu’ara’
Download
27An-Naml
Download
28Al-Qasas
Download
29Al-‘Ankabut
Download
30Ar­Room
Download
31Luqman
Download
32As­Sajdah
Download
33Al­Ahzab
Download
34Saba’
Download
35Fatir
Download
36Ya­Sin
Download
37As-Saffat
Download
38Sad
Download
39Az-Zumar
Download
40Ghafir
Download
41Fussilat
Download
42Ash-Shura
Download
43Az-Zukhruf
Download
44Ad-Dukhan
Download
45Al-Jathiya
Download
46Al-Ahqaf
Download
47Muhammad
Download
48Al-Fath
Download
49Al-Hujurat
Download
50Qaf
Download
51Az-Zariyat
Download
52At-Tur
Download
53An-Najm
Download
54Al-Qamar
Download
55Ar-Rahman
Download
56Al-Waqi’ah
Download
57Al-Hadid
Download
58Al-Mujadilah
Download
59Al-Hashr
Download
60Al-Mumtahinah
Download
61As-Saff
Download
62Al-Jumu’ah
Download
63Al-Munafiqun
Download
64At-Taghabun
Download
65At-Talaq
Download
66At-Tahrim
Download
67Al-Mulk
Download
68Al-Qalam
Download
69Al-Haqqah
Download
70Al-Ma’arij
Download
71Nooh
Download
72Al-Jinn
Download
73Al-Muzzammil
Download
74Al-Muddaththir
Download
75Al-Qiyamah
Download
76Al-Insan
Download
77Al-Mursalat
Download
78An-Naba’
Download
79An-Nazi’at
Download
80‘Abasa
Download
81At-Takwir
Download
82Al-Infitar
Download
83Al-Mutaffifin
Download
84Al-Inshiqaq
Download
85Al-Buruj
Download
86At-Tariq
Download
87Al-A’la
Download
88Al-Ghashiyah
Download
89Al-Fajr
Download
90Al-Balad
Download
91Ash-Shams
Download
92Al-Lail
Download
93Ad-Duha
Download
94Ash-Sharh
Download
95At-Tin
Download
96Al-‘Alaq
Download
97Al-Qadr
Download
98Al-Baiyinah
Download
99Az-Zalzalah
Download
100Al-‘Adiyat
Download
101Al-Qari’ah
Download
102At-Takathur
Download
103Al-‘Asr
Download
104Al-Humazah
Download
105Al-Fil
Download
106Quraish
Download
107Al-Ma’un
Download
108Al-Kauthar
Download
109Al-Kafirun
Download
110An-Nasr
Download
111Al-Masad
Download
112Al-Ikhlas
Download
113Al-Falaq
Download
114An-Nas
Download
Note : Klik ulang link Download jika server tidak merespon atau reload page.

Kamis, 16 Oktober 2014

Kesabaran yang Menakjubkan

Kesabaran yang Menakjubkan

Abu Qilabah, namanya adalah Abdullah bin Zaid Al-Jarmi. Seorang ahli ibadah dan ahli zuhudnya penduduk Bashrah. Beliau banyak meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik yang merupakan salah satu dari tujuh shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Ibnu Hibban memasukkan nama beliau di dalam bukunya, Ats-Tsiqqat.
Di dalam kitab ini pula, Ibnu Hibban meriwayatkan sebuah kisah menakjubkan, yaitu tentang kesabaran Abu Qilabah di dalam menghadapi berbagai musibah yang menimpanya. Beliau wafat di negeri Syam pada tahun 104 Hijriah pada masa kekuasaan Yazid bin Abdil Malik.
Berikut ini kisah yang disebutkan oleh Ibnu Hibban:
Abdullah bin Muhammad berkata, “Suatu hari, aku pergi ke tepi pantai dengan dalam rangka menjaga wilayah perbatasan. Waktu itu, kami berjaga-jaga di perkemahan di Mesir. Setibanya di ujung pantai, ternyata aku tiba di Bathihah.
Di Bathihah ini ada sebuah kemah yang dihuni oleh seorang lelaki yang sudah buntuk kedua tangan dan kedua kakinya. Sementara pendengaran dan penglihatannya juga lemah. Tidak ada satu anggota tubuhpun yang berfungsi selain lisannya.
Dengan lisannya itu, ia senantiasa berdoa, “Ya Allah, berikanlah aku kemampuan untuk senantiasa memuji-Mu; pujian yang membuatku mampu memenuhi rasa syukur terhadap nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau melebihkan aku  atas segenap makhluk-Mu.”
Abdullah bin Muhammad berkata, “Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini; apakah ia faham dan tahu dengan apa yang diucapkannya itu?, ataukah ucapannya itu merupakan ilham yang diberikan kepadanya?
Aku lantas mendatangi lelaki itu. Aku mengucapkan salam kepadanya, dan aku katakan kepadanya, “Aku mendengar engkau berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah aku kemampuan untuk senantiasa memuji-Mu; pujian yang membuatku mampu memenuhi rasa syukur terhadap nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau melebihkan aku  atas segenap makhluk-Mu.’ maka nikmat apakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut?, dan kelebihan apakah yang telah Allah karuniakan kepadamu hingga engkau menysukurinya??”
 Lelaki itu menjawab, Tidakkah engkau melihat apa yang telah Allah perbuat terhadapku? Demi Allah, sekiranya Allah mengirim halilintar dari langit lalu membakarku, memerintahkan gegunungan lalu menghancurkanku, dan memerintahkan lelautan untuk menenggelamkanku, serta memerintahkan bumi untuk menelanku, maka itu hanya akan menambah rasa syukurku kepada Allah atas nikmat lisan yang diberikan kepadaku ini.
Tapi, wahai hamba Allah, engkau telah datang kepadaku, maka aku butuh bantuanmu. Engkau telah melihat sendiri bagaimana kondisi tubuhku. Aku tidak mampu untuk menolong atau menciderai diriku sendiri, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Sebelumnya, aku ditemani oleh anakku yang selalu datang pada waktu-waktu shalat, lalu ia mewudhukanku. Jika lapar, ia menyuapiku. Jika haus, ia memberiku minum. Tapi, sudah tiga hari ini, aku kehilangan dirinya. Kalau engkau berkenan, maka carilah dia. Semoga Allah merahmatimu.
Aku pun berkata, “Demi Allah, tidak ada perjalanan yang berpahala agung di sisi Allah selain perjalanan demi membantu sesama seperti engkau.”
Maka, akupun pergi mencari anaknya yang telah beberapa hari hilang. Belum jauh berjalan, tiba-tiba aku berada di antara timbunan pasir. Ternyata aku menemukan seorang anak yang sudah diterkam dan dimakan oleh binatang buas. Aku pun mengucapkan, ‘Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.’ Aku bergumam dalam hati, “Apa yang harus aku katakan kepada lelaki tua renta itu?”
Ketika hendak menghadap lelaki tua itu, tiba-tiba terlintas dalam benakku kisah Nabi Ayyub Shallallâhu alaihi wa sallam. Setelah aku bertemu dengannya, aku mengucapkan salam. Ia pun membalas salamku, dan berkata, “Bukankah engkau sahabatku tadi?”
“Ya.” Jawabku.
Dia bertanya, “Apakah engkau sudah melakukan untuk memenuhi hajatku?”
Aku balik bertanya, “Manakah yang lebih mulia di sisi Allah; Anda ataukah Nabi Ayyub?”
“Tentu lebih mulia Nabi Ayyub.”
“Apakah engkau tahu apa yang Allah lakukan terhadap dirinya. Bukankah dia telah diuji dengan harta, keluarga dan anak-anaknya?”
“Benar.”
“Bagaimana dia menghadapi kenyataan itu?”
“Beliau melalui itu semua dengan bersabar, bersyukur dan mengucapkan pujian.”
“Tetapi, bukankah kerabat dan orang-orang tercintanya tidak rela dengan itu semua?”
“Ya.”
“Bagaimana Allah mendapati beliau?”
“Allah mendapati beliau bisa melalui itu semua dengan bersabar, bersyukur dan mengucapkan pujian.”
“Tapi, bukankah ia menjadi bahan ejekan bagi orang-orang yang berjalan, apakah engkau tahu?”
“Ya”
“Bagaimana beliau mensikapi semua ini?”
“Dia menghadapi itu semua dengan penuh kesabaran, senantiasa bersyukur dan bertahmid. Sekarang, persingkatlah pembicaraanmu! Semoga Allah merahmatimu.”
Aku berkata, “Wahai kawan, anakmu, yang aku cari telah aku temukan di antara timbunan pasir. Ia diterkam dan dimakan binatang buas. Semoga Allah memberimu pahala yang besar dan melimpahkan kesabaran.”
Lelaki yang ditimpa musibah itu mengucapkan, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Dzat yang tidak menciptakan dari garis keturunanku seorang hamba pun yang bermaksiat kepada-Nya sehingga ia disiksa dalam api neraka.” Kemudian dia mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’un.”  Ia menangis tersedu-sedu, kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Seketika itu, akupun mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’un.” Betapa besar musibah yang menimpaku.
Mayat lelaki itu, kalau aku tinggalkan pastilah dimakan binatang buas. Tetapi kalau aku urus, aku tidak bisa berbuat banyak. Lalu aku kafani dia dengan sorbanku. Aku duduk di sisi kepalanya sembari menangis.
Tiba-tiba saja ada empat orang lelaki masuk ke kemah tanpa permisi. Mereka bertanya, “Wahai hamba Allah, apa yang terjadi denganmu? Bagaimana kabarmu?” kemudian aku menceritakan kepada mereka tentang diriku dan lelaki ini. Mereka bertanya, “Bolehkah kami melihat wajahnya, siapa tahu kami kenal?”
Aku membuka wajahnya, keempat orang itu emmperhatikan dengan seksama, kemudian menciumi mata dan tangannya. Lalu berkata, “Benar, selama ini matanya tidak pernah dipergunakan untuk melihat hal-hal yang haram. Telah sekian lama anggota tubuhnya hanya digunakan untuk bersujud tatkala orang-orang tertidur pulas.”
Aku pun bertanya, “Sebenarnya, siapakah orang ini?”
Mereka menjawab, “Abu Qilabah Al-Jarmi, teman dekat Ibnu Abbas. Orang ini sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Kemudian kami memandikan jenazahnya, mengkafani dengan pakaian yang ada, kami menyalatkan dan menguburkannya. Setelah selesai, orang-orang itu pulang begitu juga saya pulang ke markas.
Menjelang malam, aku rebahkan tubuhku untuk tidur. Tiba-tiba aku bermimpi seperti seseorang yang tidur lalu mimpi berada di salah satu taman surga dikelilingi oelh dua bidadari diantara para bidadari surga. Mereka menyenandungkan, “Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 24).
Aku bertanya, “Bukankah kamu ini temanku?”
Dia menjawab, “Ya.”
Aku bertanya lagi, “Darimana kamu mendapatkan kedudukan dan semua ini?”
Dia menjawab, “Sesungguhnya Allah menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui kesabaran ketika ditimpa musibah, dan bersyukur ketika dalam kenikmatan yang disertai dengan rasa takut kepada Allah, baik dalam keadaan sepi maupun ramai.”  (Ats-Tsiqqât, Ibnu Hibban: 5/2-5).
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI

sumber : http://www.oaseimani.com/

Catatan Dosa Harian Mujahid Muda Suriah

Catatan Dosa Harian Mujahid Muda Suriah

Subhanallah. sungguh, di antara hamba-hamba Allah, ada banyak manusia yang tidak kita kenal, tetapi mereka begitu dikenal oleh Allah dan penduduk langit. salah satunya adalah mujahid muda Suriah yang memiliki komitent yang sangat tinggi dalam mendekatkan diri kepada Allah, selalu bermuhasabah setiap hari, agar hari-hari esok semakin dekat kepada Allah, dan juga dekat dengan surga-Nya. Allah pun mengijabah doanya, dan memperkenankannya sebagai salah satu hamba-Nya yang syahid -insyaAllah.
Kamis (6/2/2014), sebuah catatan harian seorang mujahid muda di Suriah yang baru saja gugur syahid tersebar di dunia maya. catatan ini menjadi perbincangan hangat, dan tak henti-hentinya membuat banyak orang berdecak kagum; betapa pemuda yang juga mujahid ini begitu tinggi tingkat muhasabahnya, dan catatan itu terangkum dalam buku hariannya.
Berjihad, memang amalan yang luar biasa, dan berpahala besar. tapi letak kehebatannya bukan dalam jihadnya itu sendiri; bukan karena amalan Jihadnya yang luar biasa;  memimpin operasi Mujahidin, membunuh banyak musuh, dan lain sebagainya. Bukan, bukan.
Bukan lantaran amalan-amalan keseharian di samping amal Jihadnya, seperti tak pernah bolos shslat sunnah, atau puasa setiap hari, dan amalan lain. Bukan, bukan.
Namun sang Mujahid muda tersebut, mengisi buku diary-nya di medan jihad dengan daftar dosa dan kesalahan yang selalu ia kerjakan setiap harinya.
Alkisah, terjadi baku tembak sengit antara Mujahidin Suriah dengan Tentara Nushairiyyah yang menghantarkan beberapa Mujahid gugur syahid.
Usai pertempuran dan kemenangan berada di pihak Mujahidin, mereka mulai menyisir lokasi guna mencari jasad saudara-saudaranya yang gugur. Dan ditemukanlah jasad seorang Mujahid muda yang baru berumur 16 tahun.
Mujahidin temukan dan saksikan tanda-tanda kesyahidan pada sang bocah Mujahid tadi. Rasa takjub mereka tak berhenti sampai disitu. Mereka temukan sebuah buku catatan kecil di saku syuhada’ cilik tadi.
Apakah isinya? Isinya adalah daftar dosa dan kesalahan yang dilakukan sang Mujahid muda tadi selama satu pekan terakhir di bumi Jihad.
Senin : Aku tidur tanpa mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Selasa : Aku tertawa terbahak-bahak dengan suara yang sangat keras.
Rabu : Aku menyelesaikan Qiyamul Lail (Sholat Malam) dengan terburu-buru.
Kamis : Tatkala aku sedang beristirahat, dan bermain bola dengan teman-teman lain, aku mencetak angka, memasukkan bola ke gawang lawan. Dan saat itu menyelusup di batinku rasa bangga/ ujub.
Jum’at  : Aku hanya bersholawat 700 kali, padahal seharusnya 1000 kali.
Sabtu : Salah satu komandan Mujahidin mendahuluiku ketika memberikan salam.
Ahad : Aku lupa berdzikir pagi.
Dan hal yang mengejutkan adalah, ia lakukan hal-hal yang ia anggap sebagai “dosa” dan “kesalahan” itu tatkala ia sedang beramal Jihad, beramal Ribath, berjaga-jaga di front pertempuran terdepan melawan musuh-musuh Islam.
Lantas, bagaimanakah kita ketika menghitung-hitung setiap kesalahan dan berintrospeksi diri atasnya?
Sungguh kita perlu belajar dari Sang Mujahid muda ini. Meski ia telah memiliki gelar sebagai seorang “Mujahid” dan bahkan “Syuhada”, InsyaAllah. Dirinya tetap diselimuti rasa rendah hati, dan tak berpuas diri dengan hanya amal jihadnya saja.
Meski di masa mudanya telah menjadi seorang Mujahid, ia tetap tak merasa pongah dan ogah untuk bermuhasabah diri. Ia selalu mengingat-ingat dan menangisi kesalahan-kesalahan yang sebetulnya tidaklah layak dikategorikan sebagai sebuah dosa.
Sungguh, ini tamparan keras bagi kita, agar kita senantiasa bermuhasabah setiap waktu, untuk menuliskan dosa-dosa kita setiap harinya, kemudian kita iringi dengan istighfar, dan amal shalih.
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI sumber : http://www.oaseimani.com/

Sabtu, 11 Oktober 2014

Mukjizat Cinta Seorang Istri Yang Sholeha

Mukjizat Cinta Seorang Istri Yang Sholeha

Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.
Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak.
Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.
Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.
Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”
Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”.
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI
(Dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)
http://www.oaseimani.com/mukjizat-cinta-seorang-istri.html

Minggu, 05 Oktober 2014

FILOSOFI MATEMATIKA

FILOSOFI MATEMATIKA

Pernah nggak Anda berpikir…
1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?


Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH

1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +
2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x – = -
– x + = -
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
– x – = +
Pelajaran matematika ternyata sarat makna, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup.
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI

SURAT CINTA

SURAT CINTA

Seorang pemuda tampak gelisah. Dia sedang menantikan saat yang baik untuk memberikan surat cinta, yang sudah dipersiapkan di saku celananya, untuk gadis yang diam-diam disukainya.
Suatu sore, datanglah kesempatan yang ditunggu-tunggu. Di keremangan senja, dia melihat si gadis sedang sendiri.
Lalu dengan terburu-buru, diberikanlah surat yang telah lama disiapkan dari saku celana. Kemudian dia sesegera mungkin berlari menjauh karena malu.Keesokan harinya, si pemuda mendapat telepon dari si gadis yang memintanya bertemu di suatu tempat.
Saat pertemuan yang mendebarkan, si gadis berkata, “Hai teman.. Saya tidak mengerti, kemarin kenapa kamu memberi uang kepada saya dan pergi begitu saja?” sambil mengangsurkan uang yang kemarin diberikan kepadanya.
 HIKMAH : "Pikiran yang tidak fokus, menyebabkan terjadinya kesalahan fatal. Mau memberikan surat, malah merogoh uang :) "
BACA ARTIKEL TERBAIK LAINYA 
BACA DISINI

sumber :  http://iphincow.com/